Beranda | Artikel
Macam-Macam Tawakal
Jumat, 15 November 2024

Macam-Macam Tawakal adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Al-Fawaid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Kamis, 12 Jumadil Awal 1446 H / 14 November 2024 M.

Kajian Islam Tentang Macam-Macam Tawakal

Macam-Macam Tawakal

Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa tawakal kepada Allah terbagi menjadi dua:

  1. Tawakal dalam urusan dunia:
    Yaitu menyandarkan diri kepada Allah dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan dunia, serta menolak hal-hal yang tidak disukai atau bencana dunia. Tawakal ini hanya terbatas pada urusan dunia.
  2. Tawakal dalam urusan agama:
    Yaitu menyandarkan diri kepada Allah dalam mendapatkan hal-hal yang dicintai dan diridhai-Nya, seperti keimanan, keyakinan, berjihad dijalan Allah, dan berdakwah.

Orang yang beriman memahami bahwa segala kebaikan ada di tangan Allah yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Hajat seorang mukmin bukan hanya terkait dunia, justru hajat yang paling besar adalah untuk perbaikan agamanya. Amalan seperti shalat, puasa, haji, dan ibadah lainnya adalah amalan yang dicintai Allah, tetapi untuk melaksanakannya dengan ikhlas, kita tetap membutuhkan taufik dan pertolongan dari Allah.

Tidak semua orang yang melaksanakan ibadah melakukannya dengan ikhlas. Taufik Allah sangat dibutuhkan agar seseorang bisa beribadah dengan niat yang benar, istiqamah dalam kebaikan, dan mendapatkan husnul khatimah, untuk menjauhi perbuatan dosa, bahkan setelah berbuat dosa kita memerlukan taufik Allah untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya.

Dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَاعِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ…

“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua adalah orang-orang yang lapar kecuali yang Aku beri makan. Maka mintalah makanan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi makan kepadamu. Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua adalah orang-orang yang tersesat kecuali orang yang Aku berikan hidayah kepadanya. Maka mohonlah hidayah kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikan petunjuk kepadamu.” (HR. Muslim)

Lihat: Hadits Arbain ke 24 – Allah Mengharamkan Kedzaliman

Hadits ini mengajarkan bahwa segala kebutuhan, baik urusan dunia maupun akhirat, harus dimohonkan kepada Allah. Bahkan kebutuhan dasar seperti bernafas, makanan, minuman, meskipun telah diberikan, harus tetap disyukuri dan dimohonkan keberkahannya. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa nikmat tersebut tidak akan dihentikan oleh Allah. Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk terus meminta dan mensyukurinya.

Dalam urusan dunia, kita juga perlu meminta keberkahan dan perlindungan dari fitnahnya, apalagi dalam hal agama. Orang beriman akan selalu memohon karunia Allah yang khusus, bahwa urusan dunia diberikan Allah kepada semua makhluk, bukan hanya orang-orang kafir, bahkan binatang pun mendapatkannya.

Karunia Khusus untuk Orang-Orang Beriman

Orang-orang yang beriman mendapatkan keistimewaan berupa karunia khusus dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagai contoh, rahmat Allah memiliki dua jenis: rahmat umum yang diberikan kepada semua makhluk, termasuk orang kafir. Mereka tetap diberikan sebab-sebab kelangsungan hidup, seperti kesembuhan saat sakit dan rezeki saat mencari nafkah. Namun, orang-orang beriman diberi karunia khusus yang berhubungan dengan keimanan dan kebaikan dalam agama, seperti keikhlasan dan istiqamah di atas agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini menjadi sebab-sebab rezeki kekal di akhirat, yakni kenikmatan di surga.

Meminta rezeki kepada Allah bukan hanya terkait makanan dan minuman, melainkan juga rezeki keimanan, keikhlasan, ilmu yang bermanfaat, serta kemudahan dalam beribadah. Inilah yang seharusnya diperhatikan oleh orang-orang beriman yang memahami arti dari karunia khusus yang diberikan Allah kepada hamba-hamba pilihan-Nya.

Imam Ibnul Qayyim telah menjelaskan bahwa ada dua macam tawakal. Di antara dua macam tersebut tentu ada perbedaan dalam keutamaannya. Hal ini tidak bisa dibatasi kecuali oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila seseorang bertawakal kepada Allah dengan sungguh-sungguh dalam mencari hal-hal yang dicintai dan diridhai oleh-Nya, maka Allah akan mencukupi kebutuhan duniawinya dengan kecukupan yang sempurna. Sebaliknya, jika seorang hamba hanya bertawakal dalam urusan dunia tanpa melibatkan tawakal pada urusan agama, Allah tetap akan memberinya kecukupan, tetapi ia tidak akan mendapatkan hasil tawakal dalam hal-hal yang dicintai dan diridhai Allah.

Orang-orang beriman tentu akan memilih jalan yang mendatangkan kecintaan dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Sang Kekasih yang tertinggi. Hal ini dijelaskan dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang iman: “Ada tiga perkara yang, apabila terdapat pada seseorang, ia akan merasakan manisnya iman. Pertama, seseorang menjadikan Allah dan Rasul-Nya yang paling dicintainya, lebih dari apa pun selain keduanya. Kedua, ia tidak mencintai seseorang kecuali semata-mata karena Allah. Ketiga, ia membenci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya darinya, sebagaimana ia tidak suka untuk dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari)

Kecintaan seorang mukmin untuk mencari hal-hal yang mendekatkan dirinya pada keridhaan Allah dan menjauhi apa yang dimurkai-Nya adalah yang paling besar dalam dirinya sebagai konsekuensi dari kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya yang melebihi kecintaannya pada siapa pun.

Imam Ibnul Qayyim kemudian menjelaskan bahwa sebesar-besar dan seagung-agung tawakal kepada Allah adalah dalam bertawakal dalam mendapatkan hidayah-Nya, memurnikan tauhid kepada-Nya, dan mengikuti Rasul-Nya, berjihad melawan orang-orang yang membawa kebatilan, ini adalah tawakalnya para rasul dan pengikutnya yang paling istimewa.

Tawakal dalam hal hidayah adalah sangat penting, karena seorang hamba tidak bisa merasa bahwa ia akan selalu berada di atas hidayah meskipun ia telah melakukan banyak kebaikan. Jika Allah menghendaki, hidayah itu bisa dicabut darinya. Allah hanya akan menetapkan hidayah bagi hamba yang bersikap benar, selalu berdoa memohon ditetapkan hidayah, dan bersandar penuh pada Allah untuk menjaganya tetap dalam hidayah. Oleh karena itu, orang yang beriman akan menjauhkan dirinya dari hal-hal yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah, sebab hal tersebut bisa menjadi alasan hilangnya atau terhapusnya hidayah pada dirinya.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54702-macam-macam-tawakal/